Sabtu, 19 Agustus 2017

Berbahagialah atas usahamu sendiri nduk!


Menggembala Rindu

Diantara canda ada candu
Diantara kita ada rindu
Lalu bolehkah aku tanya mengapa
Mengapa kau paksa aku beternak rindu?
Tapi tidak kau ajarkan cara menggembalanya


Konsep cantik Mahabarata (review buku perempuan perempuan Mahabaratha)

Seperti biasa saya akan bercerita sedikit, tentang buku yg saya kira menarik. Yah lagi2 berbicara tentang gender "Perempuan Perempuan Mahabarata"

Menetap


Tenggelamkan aku sedalam dalamnya
Biarkan larut dan menyatu dengan laut
Saksikan aku yang menguap dan melayang melayang

Hambar


Ketika kecewa tertabur disetiap detik
Yang tiap detaknya relungku berderit menahan pahit
Apalah arti bahagia jika masih mengorbankan perasaan orang lain
Jika kamu benar benar tak tahu bagaimana cara menyenangkan orang lain, setidaknya jangan pernah buat menangis

Sepanjang malam aku dijejal kemarahan yang sudah hambar
Menelannya bulat bulat lalu tersedak
Ingin memuntahkan menjadi makian tapi selalu tercekat di pangkal lidah
Wajahku membiru tubuhku kaku
Aku nyaris berhenti bernafas
Tapi aku percaya bahwa kau itu masihlah nafasku
Lalu aku tak jadi mati.
Kembali terulang dan terulang kembali, begitulah siklusnya

Senin, 07 Agustus 2017

Petrikor

Hasil gambar untuk rain
Selepas hujan mereda
Sakit berkepanjangan  mendera
mendadak pilu dan menekan nekan dada
Bau tanah yang menguap ke udara
Menusuk hidung lalu melonjak ke kepala

Kamis, 03 Agustus 2017

Sebait Tujuan

Ketika dunia bercerita
Aku akan menjadi pendengar yang baik
Supaya nanti ketika aku menangis
Dunia memilih memelukku

Kekacauan yang bagimu Prestasi?

Telah lahir para pemuda cerdas nan kritis.
disudut-sudut tembok perkuliahan
di setiap lorong-lorong kampus yang terpasang wi-fi.
melahap buku-buku tebal tiap harinya
sering mencuat ide-ide kreatif
menampung suara-suara yang berkeliaran di sekelilingnya
menjadikan bait-bait panas yang menggelora

Pemuda-pemuda di masa liberalis
Menuntut kebebasan katanya...
apa-apa saja yang kau tuntut?
wahai pemuda jagoan
apa kalian bangga bisa  mengobrak-abrik sistem?
menerobos jeruji besi maksud kalian?

Apa kau bangga bisa masuk ke dalam  kelas perkuliahan memakai sarung?
Apa kau bangga bisa masuk Perpustakaan tanpa alas kaki? atau bahkan menggunakan sandal japit yang biasa kau pakai ke kakus?
ah yang benar saja..

kau tak perlu menjawabnya, wahai pemuda
tak perlu lagi memberikan pembelaan
"sistempun yang membuat adalah masyarakat, masyarakatpun yang membentuk adalah individu" begitu dalihmu...

cobalah berfikir cerdas, menempatkan sesuatu pada tempatnya
jika kau masih melawan,
kenapa tidak kau lakukan saja, makan siang diatas closed dalam kakus?

Kini pengajar-pengajar tua nan kolot sudah kalian anggap masuk liang tanah.
Sorak sorai menggelora kalian sangat terdengar nak.
Sekarang pengajar-pengajar muda berjalan beriringan dengan kalian.
Seakan mengamini kekacauan yang kalian buat
Kekacauan yang bagi kalian adalah sebuah prestasi

Banggakah kamu Nak?

suara aneh yang bertanya pada tahun 2013

Cemara Air Mata

Aku tidak sedang menari diantara cemara
Aku akan melangkah disekeliling pinus
Aku tidak sedang berlari dengan air mata
Aku akan melangkah menggiring tulus
23/9/15

Sebuah Angan

Aku harus membicarakannya walaupun kau terlihat tak suka.
Kelak jika kau hidup denganku maukah kau tinggal di desa?
Ku dengar kehidupan di desa sangatlah menyenangkan.
Kita pilih desa di daerah pegunungan supaya bisa bercakap cakap di beranda rumah sambil minum teh dengan pemandangan gunung gunung kokoh itu. 
Kalaupun misal gunungnya tak terlihat toh masih ada hamparan sawah dan kita juga bisa melihat layang layang yang di terbangkan bocah - bocah dikala sore, menyenangkan bukan?
Gunung, suasananya selalu syahdu sejak pertama aku mengunjunginya dan dimana pun akan tetap begitu.
Apa?
Kau tdk mau?
kenapa?
Kau ingin hidup di Kota?
Yasudah,  aku harus tetap menurut walau aku tahu Kota itu sangat rumit dan kehidupan disana sangatlah kompleks? 
Baiklah, tak apa akupun punya kenangan selama tinggal di kota yaitu menatap bata bata genteng tetangga dari beranda rumah.

Surabaya, 14 08 16

unusual tales of Ranu Kumbolo

Pagi itu aku bertemu dengan pria bermata layu. 
Lalu di ceritakannya tentang danau yang terbuat dari air mata. 
Konon katanya air mata itu di guyurkan langsung dari mata orang orang yang patah hatinya.
Air dari mata yang menangis sepanjang waktu.
Mata yang menangis hingga tak kenal waktu hari, bulan, bahkan tahun.
Disebutkannnya juga ketika malam danau itu berkilauan berkat Dewi Wulan, 
Cahayanya menjelma kunang-kunang yang kilaunya teramat pedih. 
Kunang kunang yang pendarnya setajam jarum akan menusuk-nusuk mata siapapun tanpa ampun.
Danau yang teramat tenang dikala terang tetapi tidak ditengah kegelapan.
Malam akan membuatnya semakin murka,
lalu menggulung makhluk-makhluk yang tengah bahagia. 
Danau itu telah dikutuk oleh jiwa jiwa yang murung.
Murung atas tunggu tanpa temu.
Murung atas kebaikan yang tak bersambut. 
Jadi berhati-hatilah kau jangan mendekat atau berniat untuk main main dengan airnya,
Begitu pesannya dan meminta agar aku tak berendam ke tengahnya.

-Masih tentang ruang-


Jika hati ibarat ruang 
maka kau adalah seniman yang selalu menggelar pameran disana.
Dan kau harus sabar jika tak ada yang mengunjungi pameran itu,
Karena aku sudah mengunci ruangnya

Tentang Ruang


Hingga akhirnya aku bertanya apakah sudut itu punya ujung?
---------
Ah lupakan, sebenarnya aku hanya ingin bertanya
Bagaimana cara agar aku bisa memahami?
Kita sering terjebak dalam diam
Lalu berlarut larut untuk menerka
Baiknya, Ceritakan!
Maka kita selesaikan bersama

Selamat berbahagia

Selamat Malam, selamat berbahagiaaaa
Sesekali masih ku buka buku perjalananmu
betapa angkuhnya dan congkak karena masih aku yang kau tuliskan
hingga banyak waktu berlalu.
semua tak akan pernah sama lagi.
Buku yang diakhiri, Tak selesai dengan bahagia.