Minggu, 19 November 2017

Teori Bourdieu (memahami teori Bourdieu dengan sederhana)

Bourdieu

Gagasan dan pemikiran Bourdieu di pengaruhi oleh beberapa tokoh yaitu  Ludwig Wittgenstein, Maurice Marleau-Ponty, Edmund Husserl, Georges Canguilhem, Karl Marx, Gaston Bachelard, Max Weber, Emile Durkheim, dan Norbert Elias.
Dari Max Weber, ia memperoleh kesadaran tentang pentingnya dominasi dan sistem simbolik dalam kehidupan sosial, serta gagasan tatanan sosial yang akhirnya akan ditransformasikan oleh Bourdieu ke dalam teori ranah-ranah (fields). Dari Karl Marx, ia memperoleh antara lain pemahaman tentang masyarakat‖ sebagai penjumlahan hubungan-hubungan social. yang eksis dalam dunia sosial adalah hubungan-hubungan bukan interaksi antara agen-agen, atau ikatan intersubyektif antara individu-individu, namun hubungan-hubungan obyektif yang eksis secara independen dari kesadaran dan kehendak individual.‖ Hubungan-hubungan itu berlandaskan pada bentuk dan kondisi-kondisi produksi ekonomi, dan kebutuhan untuk secara dialektis mengembangkan teori sosial dari praktik sosial.


Produksi dan Reproduksi Struktur

Bourdieou melihat kejadian social dengan hubungan praktiknya dalam masyarakat. Gagasan teoritiknya meliputi habitus, ranah (field), dan kekerasan simbolik. Ia meluaskan gagasan modal (capital) ke kategori-kategori seperti modal sosial, modal budaya, dan modal simbolik. Bagi Bourdieu, setiap individu menempati suatu posisi dalam ruang sosial multidimensional. Ruang itu tidak didefinisikan oleh keanggotaan kelas sosial, namun melalui jumlah setiap jenis modal yang ia miliki. Modal itu mencakup nilai jejaring sosial, yang bisa digunakan untuk memproduksi ketidaksetaraan. Misalnya, pilihan atau selera jenis music (jazz, pop, rock, indi, klasik, musik tradisional) dapat menunjukkan posisi kelas sosial.

Habitus dan Ranah

Habitus merupakan hasil ciptaan kehidupan kolektif yang berlangsung selama periode historis yang relatif panjang (menjadi kebiasaan). Struktur mental atau kognitif yang digunakan actor untuk menghadapi kehidupan sosial. Aktor berbekal pola yang diinternalisasikan yang digunakan untuk merasakan, memahami, menyadari, dan menilai dunia sosial. Melalui pola-pola itulah actor memproduksi tindakan mereka dan juga menilainya. Secara dialektika habitus adalah “produk internalisasi struktur” dunia social. Habitus mencerminkan pembagian objektif dalam struktur kelas seperti menurut umur, jenis kelamin, kelompok, dan kelas social yang diperoleh sebagai akibat dari lamanya posisi dalam kehidupan sosial yang diduduki. Dalam pengertian ini habitus dapat pula menjadi fenomena kolektif, tetapi dengan adanya banyak habitus berarti kehidupan social dan strukturnya tak dapat dipaksakan seragam kepada seluruh aktor. Habitus dapat bertahan lama dan dapat pula berubah dalam arti dapat dialihkan dari satu bidang ke bidang yang lain.
Ranah adalah arena, merupakan tempat dimana ada banyak habitus-habitus yang berperang untuk tetap mempertahankan ideologinya. Dan habitus yang tepat atau sesuai dengan pola masyarakat yang dapat bertahan dan menjadi bagian struktur masyarakat.
Doxa
Doxa adalah kepercayaan dan nilai-nilai tak sadar, berakar mendalam, mendasar, yang dipelajari (learned), yang dianggap sebagai universal-universal yang terbukti dengan sendirinya (self-evident), yang menginformasikan tindakan-tindakan dan pikiran-pikiran seorang agen dalam ranah (fields) tertentu. Doxa cenderung mendukung pengaturan sosial tertentu pada ranah tersebut, dan dengan demikian mengistimewakan pihak yang dominan dan menganggap posisi dominan tersebut sebagai terbukti dengan sendirinya (self-evident) dan lebih disukai secara universal (universally favorable).
Contoh: di Jawa, ada kebiasaan dimana orang yang lebih muda harus membungkukkan badan ketika berjalan di hadapan orang yang lebih tua (makna permisi, untuk menghormati), jika ada yang melintas dihadapan orang yang lebih tua tanpa membungkukkan badan bisa dikatakan tidak memiliki sopan santun. Jadi  kebiasaan membungkukkan badan sudah mengakar menjadi nilai-nilai dalam masyarakat tanpa kita sadari kita akan melakukan dengan otomatis.

Kekuasaan dan Sumber daya (Capital/Modal)

-          Ekonomic Capital (modal ekonomi)
yaitu kekuasaan yang dimiliki berdasarkan pemasukan, upah, pendapatan, harta dan benda
-          Cultural Capital (modal kebudayaan)
Kekuasaan yang dimiliki berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal, missal: gelar Prof., PhD, Master degree, dll
-          Social Capital (Modal Sosial)
Bisa diperoleh dari interaksi dan hubungan dengan masyarakat luas, missal: networking atau jaringan yang di dapat dalam bermasyarakat
-          Symbolic capital (Modal Simbolik )
Posisi istimewa dimana memperoleh modal/ capital sebanyak-banyaknya. Dan dapat mkenimbulkan kekerasan simbolik.

Bourdieu melihat modal simbolik atau symbolic capital (seperti: harga diri, martabat, atensi) merupakan sumber kekuasaan yang krusial. Modal simbolik adalah setiap spesis modal yang dipandang melalui skema klasifikasi, yang ditanamkan secara sosial. Ketika pemilik modal simbolik menggunakan kekuatannya, ini akan berhadapan dengan agen yang memiliki kekuatan lebih lemah, dan karena itu si agen berusaha mengubah tindakan-tindakannya. Maka, hal ini menunjukkan terjadinya kekerasan simbolik (symbolic violence).



Contoh:
Ketika ada seorang gadis dari keluarga dengan status social ekonomi tinggi membawa pacarnya yang dari keluarga sederhana ke rumah orang tuanya. Orangtua si gadis, yang menganggap si pemuda ini tidak pantas disandingkan dengan anak perempuan mereka, menunjukkan wajah dan tindakan yang menandakan rasa kurang senang. Simbol-simbol ini menyampaikan pesan bahwa si gadis tidak akan diizinkan meneruskan hubungannya dengan sang pacar. Namun, orangtua si gadis tidak secara paksa menyatakan ketidaksetujuannya. Orang mengalami kekuasaan simbolik dan sistem pemaknaan (budaya) sebagai sesuatu yang sah (legitimate). Maka, si gadis sering akan merasa wajib memenuhi tuntutan orangtuanya yang tak terucapkan, tanpa memperdulikan kebaikan sebenarnya dari si pemuda pelamarnya. Gadis itu dibuat menyalahartikan atau tidak mengenali hakikat si pemuda.  Lebih jauh, dengan memandang kekerasan simbolik yang dilakukan orangtuanya sebagai sesuatu yang sah, gadis itu ikut terlibat dalam ketundukannya (subordination) sendiri. Rasa kewajiban telah berhasil memaksanya secara lebih efektif, ketimbang yang dapat dilakukan oleh teguran atau omelan eksplisit dari si orangtua. 

Distinction (Pembedaan)

Bourdieu menganggap, kemudahan atau kemampuan alamiah pembedaan (distinction) pada faktanya adalah produk dari kerja sosial yang berat, yang sebagian besar dilakukan para orang tua mereka. Hal itu melengkapi anak-anak mereka dengan kecondongan-kecondongan perilaku serta pikiran, yang memastikan mereka sanggup berhasil dalam sistem pendidikan, dan kemudian dapat mereproduksi posisi kelas orangtuanya dalam sistem sosial yang lebih luas. Modal budaya (seperti: kompetensi, keterampilan, kualifikasi) juga dapat menjadi sumber pengenalan dan kekerasan simbolik.
Contoh: seorang anak dari keluarga kalangan menengah keatas, atau bisa dibilang dari keluarga profesor dianggap dan dinilai seorang yang patuh dan penurut, sedangkan anak-anak dari kalangan bawah bisa dibilang anak dari seorang buruh pabrik diidentikkan dengan anak-anak nakal, kasar, penentang dan sulit diatur. Karena itu, anak-anak dari kelas pekerja dapat melihat keberhasilan pendidikan teman sebayanya yang berasal dari kelas menengah keatas sebagai sesuatu yang selalu sah. Mereka sering melihat ketidaksetaraan berdasarkan kelas, hal ini adalah kemampuan alamiah merupakan bagian kunci dari proses transformasi warisan simbolik atau ekonomi seseorang  (seperti: aksen atau harta milik) menjadi modal budaya (seperti: kualifikasi universitas) –suatu proses di mana logika ranah-ranah budaya dapat menghalangi atau menghambat, tetapi tidak dapat mencegah. 



Sumber bacaan atau referensi: Jurnal Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik  Oleh: Satrio Arismunandar  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALAU MAU KOMEN YANG BAIK YA SAY ^____^