Jumat, 20 November 2015

Globalisasi Membawa Liberalisasi Ekonomi ke Indonesia






Banyak sekali permasalahan ekonomi di Indonesia, mulai dari kemiskinan, pengangguran, adanya ketidakrataan pendapatan terjadinya inflasi hingga ketergantungannya Indonesia dengan Negara lain. Jika dilihat perekonomian Indonesia sudah tertinggal dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Permasalahan yang ada bisa jadi merupakan dampak dari globalisasi. Globalisasi biasanya diartikan dengan suatu proses dan perkembangan. Untuk globalisasi yang terjadi dalam perekonomian yaitu suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

Buruh Migran dan Masalahnya PJTKI



Kekerasan yang Terjadi Pada Tenaga Kerja Wanita di Arab
1. Tenaga Kerja Wanita dan Budaya Patriarki Negara Arab
Besarnya jumlah tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia yang dikirim tiap bulannya ke Negara Arab kerap menimbulkan berbagai permasalahan. Berita kekerasan terhadap tenaga kerja wanita di Negara Arab sudah tidak asing di dengar. Bentuk kekerasan yang dialami oleh  TKW Indonesia yaitu gaji tidak dibayar, penyiksaan fisik, abuse (penyalah gunaan), sex harassment (pelecehan seksual), penyekapan, perkosaan dan dalam beberapa kasus terjadi pembunuhan. Kasus kekerasan yang dihadapi oleh TKW Indonesia ini di latar belakangi oleh beberapa factor, Salah satunya faktor Budaya. Negara arab sangat dikenal dengan budaya patriarkinya. Banyak literature yang mengatakan bahwa di Negara Arab dominasi kaum pria sangatlah kuat dibandingkan kaum wanita. Minimnya akses kaum wanita dalam berpendapat juga pembagian sector dimana wanita disektor domestic dan pria berada dalam sector public Golley (2004) dalam Muanah mengatakan bahwasanya para feminis barat menekankan bahwa perempuan arab hidup dengan kondisi dan ranah yang berbeda dari mereka sehingga perempuan tidak dapat mengembangkan jenis emansipasi apapun. Secara umum sensitifitas gender dan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan masih menjadi isu yang paling kuat di wilayah Negara arab yang sangat patriarki. Akita (2010) dalam Muanah menjelaskan bahwa patriarki didefinisikan sebagai kekuasaan oleh ayah. Lebih lanjut akita  mengungkapkan bahwa patriarki adalah kondisi dimana laki-laki menjadi yang dominan dalam berbagai posisi dan ranah seperti dalam ranah politik, ekonomi, hokum, agama, pendidikan, militer serta ruang public lain yang hampir semuanya ditujukan untuk laki-laki. Patriarki di Negara arab juga ditujukan dengan nama ayah yang diturunkan kepada sang anak.
Melihat budaya patriarki di arab yang sangat kuat. Menjadikan para tenaga kerja wanita yang berasal dari Indonesia mengalami kerentanan. Untuk perempuan arab asli saja mengalami pembatasan dalam bergerak dan bersuara. Tentu saja yang dialami oleh tenaga kerja wanita dari Indonesia akan lebih parah. Mereka yang biasanya mayoritas bekerja di sector domestic yaitu sebagai pembantu rumah tangga akan lebih berisiko dan rentan terhadap kekerasan. Tenaga Kerja Wanita yang berasal dari Indonesia yang bekerja di tanah arab akan mengalami shock culture. Walaupun Negara Indonesia juga termasuk negara yang memiliki sejarah patriarki, di Indonesia sudah mengalami emansipasi wanita dan mengakui kesetaraan gender. Berbeda dengan negara arab yang masih menganggap bahwa laki-laki adalah pihak dominan dan berlaku sebagai penguasa.
Melihat kasus kekerasan yang dialami oleh TKW Indonesia menggunakan analisa teori resiko yang dikemukakan oleh Anthony Giddens. Anthony Giddens mengatakan. “modernitas adalah kultur risiko. Ini bukan berarti bahwa kehidupan sosial kini lebih berbahaya daripada dahulu ; bagi kebanyakan orang itu bukan masalah. Konsep risiko menjadi masalah mendasar baik dalam cara menempatkan aktor biasa maupun aktor yang berkemampuan spesialis-teknis dalam organisasi kehidupan sosial. Modernitas mengurangi risiko menyeluruh bidang dan gaya hidup tertentu, tetapi pada waktu bersamaan  memperkenalkan parameter risiko baru yang sebagian besar atau seluruhnya tidak dikenal di era sebelumnya” (Giddens, 1991 : 3-4, dalam Ritzer dan Goodman, 2003 : 561 ).
Negara arab yang biasanya dikenal dengan negara Islam memiliki ajaran bahwa orang yang bukan muhrim dilarang untuk tinggal dalam satu rumah. Sesuai dengan perkembangan waktu dan jaman dimana modernisasi berkembang ajaran itu kini kian memudar. Dimana tenaga kerja wanita (TKW) sekarang bisa tinggal di tengah-tengah keluarga orang arab, walaupun ada mereka yang berlawan jenis dan bukan mukhrim. Sesuai dengan pernyataan Giddens diatas yaitu . Modernitas mengurangi risiko menyeluruh bidang dan gaya hidup tertentu, tetapi pada waktu bersamaan  memperkenalkan parameter risiko baru yang sebagian besar atau seluruhnya tidak dikenal di era sebelumnya. Seperti contoh Tenaga Kerja Wanita yang tinggal di rumah majikannya kerap merasa tertekan karena pembatasan hak-hak, juga mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh majikan lelaki belum lagi kekerasan yang dilakukan oleh istri majikan yang merasa cemburu kepada TKW. Karena budaya patriarki di negara arab begitu dominan jadi istri hanya dapat melampiaskan kemarahannya pada korban.
Seperti yang diberitakan dalam okezone.com Perlakuan buruk kembali dialami seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Kab Sukabumi. Selama 10 bulan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi, Oy, warga Kampung Pajagan, Desa Cikembang, Kec Caringin, diperlakukan tidak senonoh majikannya. Wanita berusia 30 tahun itu menjadi korban pelecehan seksual. Akibat itu pula, Oy menjadi pelampiasan emosi pasangan majikannya yang terbakar cemburu.
2. Kurangnya Tanggung Jawab Pihak Penyalur Tenaga Kerja Wanita
Permasalahan yang dialami TKW Indonesia di Negara Arab juga dikarenakan factor dari dalam negeri salah satunya proses pengiriman dan penempatan. Adanya syarat-syarat dan dokumen-dokumen yang harus di penuhi oleh Penyalur Jasa TKI (PJTKI) mengakibatkan munculnya PJTKI nakal yang  mengirim TKW illegal atau tidak resmi. Biasanya yang dikirim oleh jasa penyalur nakal adalah TKW yang tidak mempunyai skill atau keahlian khusus. TKI yang bekerja di luar negeri dapat dikelompokan menjadi TKI legal dan TKI ilegal, TKI legal adalah tenaga kerja Indonesia yang hendak mencari pekerjaan di luar negeri dengan mengikuti prosedur dan aturan serta mekanisme secara hukum yang harus ditempuh untuk mendapatkan izin bekerja di luar negeri, para pekerja juga disertai dengan surat-surat resmi yang menyatakan izin bekerja di luar negeri. TKI legal akan mendapatkan perlindungan hukum, baik itu dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah negara penerima. Oleh karena itu para TKI ini juga harus melengkapi persyaratan legal yang diajukan oleh pihak imigrasi negara penerima.
TKI legal selanjutnya akan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, dan terdaftar di instansi terkait sebagai tenaga kerja asing di negara penerima. Para TKI legal juga memiliki perjanjian kerja, yaitu perjanjian antara pekerja dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban pihak terkait, berdasarkan asas terbuka, bebas, objektif, serta adil dan setara tanpa deskriminasi, penempatan TKI legal diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat dan perlindungan hukum.  TKI illegal adalah tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri namun tidak memiliki izin resmi untuk bekerja di tempat tersebut, para TKI ini tidak mengikuti prosedur dan mekanisme hukum yang ada di indonesia dan Negara penerima. Empat kategori pekerja asing dianggap ilegal:
  1. Mereka yang bekerja di luar masa resmi mereka tinggal
  2. Mereka yang bekerja di luar ruang lingkup aktivitas diizinkan untuk status  mereka
  3. Mereka yang bekerja tanpa status kependudukan yang izin kerja atau tanpa izin
  4. Orang-orang yang memasuki negara itu secara tidak sah untuk tujuan terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan atau bisnis
Selain itu juga memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah adanya TKW-TKW ilegal serta tindak-tindak pelecehan terhadap calon TKW yang biasa terjadi di tempat penampungan. Banyaknya kasus pelacuran yang terjadi pada calon TKW adalah karena mereka tidak disalurkan sebagaimana mestinya oleh PJTKI liar. Oleh karena itu, PJTKI harus benar-benar melakukan prosedur resmi pemberangkatan TKW, meliputi :
1.      Melaksanakan proses pra pemberangkatan dan penempatan TKW sesuai prosedur  dan mekanisme yang telah digariskan oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu antara lain: Pengurusan surat ijin pengerahan, Perekrutan dan seleksi, Pendidikan dan pelatihan kerja, Pemeriksaan kesehatan dan psikologi, Pengurusan dokumen, Uji Kompetensi, Pembekalan akhir pemberangkatan hingga Pemberangkatan
2.      Melakukan kerjasama dengan NGO dalam memberikan penyuluhan, sosialisasi dan perlindungan terhadap TKW.
Giddens membedakan risiko lingkungan pra modern (tradisional) dan modern. Menurutnya risiko kebudayaan tradisional didominasi oleh bahaya dunia fisik, sementara risiko lingkungan modern distrukturasi terutama oleh risiko yang ditimbulkan manusia (Giddens, 1990 : 106 ; 101, dalam Kuper dan Kuper,2000 : 933).  Selain itu, Giddens juga  berpendapat bahwa “risiko bukan semata-mata tindakan individu. Ada risiko lingkungan  yang secara kolektif mempengaruhi massa individu yang besar” (Giddens, 1990 : 35, dalam Kuper dan Kuper, 2000 : 933 ). Sesuai dengan pernyataan Gidden diatas, Tenaga Kerja rentan mengalami kekerasan adalah TKW yang diberangkatkan secara illegal/tidak resmi dan biasanya tidak memiliki skill. Risiko yang secara kolektif mempengaruhi masa individu yang besar adalah birokrasi atau kebijakan yang mengatur pemberangkatan tenaga kerja hingga kepada mereka yang menjadi penyalur (PJTKI). Jadi jika PJTKI melakukan prosedural pemberangkatan TKW secara benar. Maka dapat meminimalisir dampak-dampak dan Kekerasan yang dialami oleh TKW. Juga pihak negara dengan mudah mengakses dan memberikan perlindungan kepada TKW yang berada di Arab


DAFTAR PUSTAKA
Maunah. 2012 Rekontruksi Perempuan Arab dalam Novel Remaja Faten. Jakarta: Disertasi UI.
Ritzer, George dan  Douglas J. Goodman.  2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana
Kuper, Adam dan Jessica Kuper. 2000. Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial : Edisi Kedua. Jakarta : Raja Grafindo Persada


cara berfikir sederhana LYOTARD , HABERMAS, (TEORI SOSIAL KRITIK DAN POSTMODERN)



1. Pendidikan dengan Pandangan Postmodern
Pendidikan merupakan bagian penting sebagai penentu kemajuan suatu bangsa dan negara. Pendidikan dalam arti umum adalah tempat memperoleh ilmu pengetahuan. Tetapi pada kenyataannya fasilitas pendidikan hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mampu. Dalam artian pendidikan saat ini telah menjadi alat jual beli untuk perdagangan. Tenaga-tenaga pengajar kini diberikan penghasilan tinggi dengan berbagai tunjangan tidak menjadikan permasalahan pendidikan berkurang melainkan menambah kekompleksan permasalahan besar.
Jika dikaji dengan Pandangan Lyotard dari perkuliahan yang saya dapat adalah sebagai berikut
·        Narasi besar (bernuansa modern) telah menggeser narasi-narasi kecil yang bersifat budaya. Seperti contoh dalam kasus pendidikan, dalam era modern Ilmu pengetahuan dapat diperoleh di sekolah. Iya sekolah dengan sistem-sistem yang diadaptasi dari dunia modern. Sekolah dengan standarisasi yang didapat melalui kesepakatan dunia modern (dunia barat). Adanya pembatasan ilmu dengan diadakannya Kurikulum.
·        Ilmu telah kehilangan esensinya yang berarti dalam dunia pendidikan. Ilmu yang sebenarnya akan menjadi ilmu yang seharusnya. Contoh yang dapat kita lihat di sekitar kita. Ketika Universitas berdiri dengan puluhan fakultas dan juga ratusan jurusan. Universitas mendirikan jurusan dan mengajarkan ilmu-ilmu terapan yaitu ilmu yang diminta oleh pasar. Misalnya saja dalam jurusan ilmu komunikasi. Yang diajarkan adalah bagaimana cara kita berkomunikasi dengan baik dan juga benar. Bagaimana cara belajar untuk berkomunikasi dalam pemasaran dan bisnis, mengajarkan kita berkomunikasi ala presenter dan lain-lain. Bukan belajar dan melihat bagaimana komunikasi berfungsi sebagai alat interaksi, dan lain-lain. Pada realitas saat ini, anak-anak yang kuliah dalam jurusan ilmu komunikasi diajarkan cara atau ilmu-ilmu sesuai permintaan pasar yang telah dibangun dunia modern atau bisa dikatakan mengikuti narasi besar atas dunia.


·        Pendidikan telah menjadi komoditas: seperti yang telah dijabarkan diatas tadi, ilmu telah kehilangan esensinya dan menjadi alat komoditas untuk meraup keuntungan oleh pihak-pihak tertentu. Pendidikan menjual fasilitas sarana dan prasana, sekolah-sekolah berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik agar memperoleh banyak peserta didik. Dengan fasilitas yang semakin hari semakin mewah tentu menjadikan harga/biaya pendidikan mahal dan hanya dijangkau oleh kalangan tertentu. Seperti yang terjadi disekitar saya, saya tergabung dalam komunitas peduli anak jalanan. Beberapa diantara mereka yang turun kejalan adalah anak-anak. Mereka mengaku lebih memilih mengamen dipinggir jalan daripada sekolah yang menghabiskan banyak uang, waktu, biaya untuk buku, dan lain-lain. Walaupun sesungguhnya mereka ingin bersekolah agar mendapatkan status sosial.
·        Pendidikan sebagai fasilitas untuk melegitimasi. Seperti cerita tentang anak jalanan diatas yang sebenarnya ingin sekolah dan memiliki status sosial agar diakui masyarakat. Hal ini sudah memperlihatkan bagaimana kekuatan pendidikan untuk melegitimasi. Kasus lain adalah jabatan yang diperoleh dalam dunia pendidikan. Misal didunia pendidikan ada strata, semakin tinggi pangkat dan status kepegawaian akan memberikan status tinggi juga di dalam masyarakat.
·        Pendidikan mengarah kepada kepentingan naratif yaitu narasi besar untuk kemajuan dan perkembangan teknologi. contoh: ilmu manajemen lebih diminati dari pada ilmu ekonomi murni. Ilmu teknik mesin diminati dari pada ilmu murni fisika, ilmu kedokteran lebih diminati dari pada ilmu biologi. Kenyataan diatas memperlihatkan bahwa dunia pendidikan mengikuti narasi besar yang telah dibuat oleh dunia barat untuk kemajuan (kemajuan sesuai standar-standar yang dibangun negara barat pusat kemodernitasan) Telah diuraikan diatas bagaimana dunia pendidikan bisa menjadi fasilitas untuk mewujudkan narasi besar sesuai permintaan dunia post-modern.

Solusi untuk dunia pendidikan saat ini adalah tetap menjadikan sekolah/ tempat pendidikan sebagai sarana untuk seluruh masyarakat. Penyamarataan pendidikan di seluruh pelosok agar pendidikan bisa dijangkau semua kalangan. Pemerintah memberikan fasilitas yang sama terhadap seluruh sekolah agar pendidikan tidak menjadi alat komoditas. Tetap mempertahankan narasi-narasi kecil yang bersifat tradisional agar tetap adanya sikap saling menghargai.
2. IPTEK dan Gaya Hidup
Masih dengan Lyotard tentang narasi besar yang menjadikan masyarakat mengikuti standarisasi yang telah ditentukan. Setelah diuraikan di bagian pertama bagaimana dunia pendidikan mendukung ilmu pengetahuan mengikuti grand naration dan berlanjut pada kemajuan teknologi. Menurut Lyotard, modernitas lebih dipahami sebagai sebuah proyek intelektual dalam sejarah dan kebudayaan Barat yang berusaha mencari kesatuan dibawah bimbingan suatu ide pokok yang terarah pada kemajuan. Kemajuan ilmu pengetahuan diiringi dengan perkembangan teknologi yang begitu luar biasa menjadikan masyarakat memiliki kemudahan untuk kegiatan apapun. Pandangan lyotard mengarahkan bahwa ilmu pengetahuan mengarahkan kita kepada kepentingan naratif yaitu mendukung teknologi. Contoh: saya adalah siswi SMA IPA yang setelah lulus menginginkan untuk berkuliah di jurusan teknik informatika. Yang saya pikirkan saat itu adalah bagaimana cara supaya saya punya ilmu yang dapat digunakan untuk bertahan hidup di jaman teknologi berkembang pesat. Secara tidak sadar sebenarnya pola pikir dan gaya hidup saya telah mengikuti narasi besar yang telah dibuat dunia.
Mengingat teori Herbert Marcuse dengan dimensi afirmatif dan dimensi negatifnya yang menjadi satu dimensi. Dimana kesimpulannya adalah masyarakat maju dimanipulasi oleh keadaan modernisasi untuk bertujuan melancarkan system produksi kapitalis. Dan hidup diera modernitas seperti siklus
Ilmu pengetahuan à Teknologi à masyarakat mengonnsumsi dan menggunakan à keuntungan kapitalis untuk  mengembangkan ilmu pengetahuanà Teknologi baru.
Teknologi pada awalnya mampu memberikan pencerahan, terlihat ketika hadir mesin cuci untuk membantu ibu rumah tangga. Saat itu pula masyarakat berada dalam kesadaran palsu dan merasakan bahwa teknologi itu memberikan kemudahan. Tanpa disadari sebenarnya teknologi memberikan masalah baru bagi masyarakat. Contoh adanya robot yang menggantikan pekerjaan manusia dapat mengakibatkan pengangguran. Perkembangan teknologi media menjadikan generasi bobrok ditunjukkan dengan anak TK yang menyanyikan lagu sakitnya tuh disini

3. Agama, Demokrasi Liberatif dan Ruang Publik Habermas.
Melihat Agama di Indonesia yang sangat bervariasi dan beragam menjadikan kita lebih toleransi. Namun semakin hari semakin marak kasus terkait agama. Adanya dominasi oleh agama-agama tertentu, tidak jarang terjadi pelecehan keagamaan, tindak anarkis juga memasukkan kepentingan-kepentingan agama dalam politik. Jika kita melihat  permasalahan tersebut dengan kaca mata “tindakan komunikatif” oleh Jurgen Habermas. Menurut habermas masyarakat modern adalah masyarakat yang dapat mencapai konsesus bersama dalam artian memiliki pandangan rasionalitas, kesepahaman dan persetujuan. Untuk melihat permasalahan yang menyangkut keagamaan dan kebijakan dapat kita gunakan gagasan habermas yaitu demokrasi liberatif. Demokrasi liberatif yang saya pahami adalah salah satu cara untuk mencapai kebijakan yang berasal dari dua arah. Tidak hanya satu pihak (pembuat kebijakan) tetapi juga melihat dan mendengar fakta-fakta dipublik. Dan kebijakan tersebut akan bersifat terbuka untuk direvisi. Demokrasi liberatif juga mendengarkan opini hingga aspirasi dari publik. Demokrasi Liberatif dapat di peroleh melalui ruang publik. Ruang publik yang sehat harus memenuhi dua persyaratan, yakni bebas dan kritis. Bebas artinya setiap pihak dapat berbicara di mana pun, berkumpul, dan berpartisipasi dalam dalam debat politik. Kritis artinya siap dan mampu secara adail dan bertanggung jawab menyoroti proses-proses pengambilan keputusan yang bersifat publik. Dengan kata lain, ruang publik adalah sebuah konsep normatif yang mengandaikan adanya komunikasi ideal, di mana para peserta bersiskusi dalam keadaan bebas dan setara, tanpa diskriminasi, tanpa tekanan mengenai kehidupan bersama.
Maka dari itu untuk permasalahan keagamaan diperlukan toleransi yaitu dapat diterapkan tindakan komunikatif oleh masyarakat. Melalui ruang public, agar tercapai suatu konsesus yang berlaku secara umum di masyarakat. Dari contoh yang ada disekitar saya: FISIP UB mempunyai beberapa lembaga semi otonom (LSO) yang mejembatani mahasiswa untuk berkarya dan beraktivitas. LSO yang diresmikan ini juga menjadi ruang public bagi mahasiswa.beberapa hari terakhir  muncul kritik dari beberapa mahasiswa kristian yang kepada pihat dekanat. Mengapa Kerohanian agama islam di fisip bisa menjadi resmi sedangkan kerohanian agama Kristen dan lain-lain tidak dapat diresmikan.dengan adanya demokrasi deliberative dan obrolan-obrolan melalui ruang public mahasiswa yaitu kantin, secretariat LSO, Himpunan. Akan muncul kesepakatan untuk menyelesaikan perkara tersebut. dan sekarang pihak dekanat sedang memproses dan melakukan tinjauan ulang untuk LSO Kerohanian agama Kristen.
Jadi kesimpulannya diperlukan keterbukaan dan tidak ada klaim kebenaran atas beberapa pihak. Diperlukan komunikasi secara terbuka juga toleransi untuk menyelesaikan permasalahan keagamaan. Dan sebagai masyarakat modern kita harus mengedepankan rasionalitas tanpa ada klaim kepercayaaan mana yang paling benar.
Reverensi bacaan: http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/12/jurgen-habermas-demokrasi-deliberatif-dan-ruang-publik-426994.html

Kamis, 12 November 2015

Teknologi vs Perempuan (Sama-sama Alat Komoditas)


Maafkan kalau tulisannya ngalor ngidul kemana mana daripada aku nyoro, mbabi, mending mikir, masio pikirane semburat. Tulisannya orang awam dan perspektif standar. silahkan dibaca...




Berawal dari kontruksi gender yang memberikan pandangan bahwa laki-laki adalah sosok kuat, laki-laki adalah segalanya, laki-laki mempunyai kekuatan yang melebihi perempuan dan dunia harus melihat kekuatannya. Kontruksi ini seolah memaksa laki-laki harus tampil di depan publik untuk saling membanggakan kemaskulinannya sedangkan perempuan cukup di ranah domestik. Perempuan cukup di rumah saja mengurusi keperluan keluarga dan suami, perempuan cukup masak, mencuci baju dan mengurusi anak. Kontruksi bahwa perempuan lemah, perasa dan sensitif sedangkan laki-laki kuat dan lebih dominan seperti diamini oleh dunia. Sebanyak apapun wacana dibuat untuk melawan kontruksi ini tetap saja yang terpatri adalah “perempuan sosok lemah dan perasa dibanding

Jumat, 11 September 2015

Karakter (,) Negara yang Karam




Karakter karakter dan karakter lagi, kharakter siapa dan untuk apa? Berbicara tentang karakter Indonesia tak akan pernah ada habisnya. Histori menggambarkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai karakter yang ramah, sopan santun dan bergotong royong. Mari kita lihat apakah karakter yang seperti itu masih dimiliki oleh bangsa kita?. Seperti yang di katakan oleh Mohandas K. Gandhi

Kamis, 27 Agustus 2015

Berpindah

Thank you for loving me!
Ucapan terakhir sebelum dia meninggalkanku. gemanya bergetar perlahan menyelinap ke pembuluh-pembuluh yang paling ufuk dalam tubuhku

Kencang memang berlarinya waktu
Dan tentang diapun sudah mengabur
Aku pulih dengan cepat

Kudapat Hari-hari baru
Ini rasa baru
Ah, apa iya aku menaruh hati pada yang baru?

Pemuda berdarah keras
Tersenyum memetik gitar dihadapanku
Memantik hara
Menebar asa

Persetan, seolah dia tahu apa yang aku suka.
Suara paraunya ikuti nada
Berlagu menuntun irama
Dan dia berteriak
"Welcome to my live"

Minggu, 26 April 2015

September Belum Penuh

I

Jangan anggap aku tak tau
Aku diam bukan berarti aku tak mengerti
Salah satu caraku menghargaimu adalah dengan "Diam"

Jangan anggap semuanya berakhir
Asal kau tahu ini adalah awal
Ketika kau dan aku berbeda sudut pandang.
memang kita tak pernah sepaham

Masih ingatkah kau dengan September? iya akhir september 2013? Kita dipertemukan di bulan itu, dimana  bulan masih tetap satu di tengah langit malam.

Bisa kah kau tinggal disini sesaat?menunggu september penuh disampingku.
Aku tau kau sedang memikirkan sebuah akhir. akhir yang berarti usai. usai karena meninggalkan. Aku tau dan lagi-lagi aku diam.

Salah ketika kita saling diam. dan kau pergi terdahulu sebelum September Penuh
----------------------
II

Jarum jam berdenting dipacu detik. Pertanda september akan melambai lagi, Pertanda setahun kita akan penuh. september 2014 akan datang!

Aku baru saja akan memulai, membuka sedikit demi sedikit celah yang terkatup. celah yang akan menjadi jalan. Jalan untuk kau lewati dan akan kau temukan tempat persinggahan diujungnya

Tapi kau tak sabaran rupanya,
Kau lebih memilih untuk berbalik. tanpa sempat menemukan jalan menuju tempat persinggahan
Kau menanggalkan asaku dan aku kecewa
tak apa, aku telah terbiasa dengan kecewa dia kawanku yang paling setia.
-----------------------
III

Walaupun indera kita tak saling peka
Tapi hati kita menyambar nyambar
berbicara sekenanya dan meluap luap seakan tumpah

Aku tak tau rasa
Kau tak tau rasa
Dan kita tak merasa

Bagaimana cara menjelaskannya
Bahwa yang kau anggap akhir itu adalah awalku. Bagaimana cara menjelaskannya
Ketika asamu patah terdahulu?