Minggu, 20 April 2014

fourth post - 2014 (TUAN)



Sepotong Roti  
Ini kisahku dengan..?..  Iya, sebut saja dia Tuan! bersama sepotong roti yang menjadi saksi perekam peristiwa.

Sehelai roti tawar dengan selai cokelat diatasnya. sepotong roti ini tak bisa bercerita banyak tentang Tuan, hanya saja sepotong roti ini telah merekam kejadian bagaimana aku menjadi sangat gugup di depan Tuan, andai roti ini bisa bersuara mungkin dia tertawa terbahak-bahak melihat gayaku yang salah tingkah di depan Tuan.
Seperti kisahku,

roti ini tawar tetapi menjadi enak ketika dilapisi selai cokelat,  walaupun sedikit pahit tetap saja rasanya menyenangkan. Hidupku yang datar menjadi lebih berasa ketika Tuan menyempatkan diri singgah ke kehidupanku. Aku tak ingat secara detail apa-apa saja yang telah aku lakukan bersama Tuan untuk mengisi hari, yang paling aku ingat dari si Tuan adalah semangat berbaginya. Iya aku ingat betul di lorong perpustakaan ini si Tuan membagiku sepotong roti, Roti yang dibelinya dari bocah kecil. Bocah kecil yang dari tadi aku perhatikan mondar-mandir menjajakan roti-rotinya dan tak satupun ada yang tertarik membeli.  Tuan menghampiri bocah itu, lalu kembali kearahku dengan membawa beberapa roti. Aku yakin Tuan sedang tidak lapar saat itu hanya saja Tuan merasa iba kepada bocah kecil ini.Tanpa basa-basi Tuan menyodorkan roti itu kearahku, sedangkan aku hanya melemparkan senyum dan berucap terimakasih. Tuan tak menghirukan aku, Tuan tetap meletakkan roti itu tepat dihadapanku seakan memaksaku untuk menerima.
 
Belum lama aku mengenal tuan baru lima hari yang lalu dan tampaknya si Tuan tak terbiasa ditolak. Aku bertemu Tuan di kelas pertamaku kuliah. Di kelas ini dosen membagi beberapa kelompok untuk pengerjaan tugas dan Tuan satu kelompok denganku. Itulah awalan bagaimana Tuan dan Aku bisa bertemu di perpustakaan ini, hanya sebatas tuntutan tugas kuliah.
 
Untuk menghargai si Tuan aku terima tawaran rotinya walaupun aku tak langsung memakan sungguh aku merasa kenyang saat itu. Aku melirik kearah Tuan, Tuan benar-benar fokus di depan layar computer jinjingnya sedangkan aku bingung harus berbuat apa. Ingin berbincang sejauh mana tugas kami terselesaikan, tapi sepertinya itu pertanyaan yang terlalu terlambat untuk dilontarkan. Sedari awal aku dan Tuan duduk di pinggir lorong perpustakaan ini tanpa ada percakapan santai sebelumnya. Pertama datang Tuan dengan sigap membuka komputer jinjingnya dan langsung mengambil alih mengerjakan semua tugas.  Aku celingukan seolah tak ada yang harus di kerjakan. 
 
Bersambung….

1 komentar:

KALAU MAU KOMEN YANG BAIK YA SAY ^____^