Sepotong Roti
Ini kisahku
dengan..?.. Iya, sebut saja dia Tuan! bersama
sepotong roti yang menjadi saksi perekam peristiwa.
Sehelai roti tawar dengan selai cokelat diatasnya. sepotong roti ini tak bisa
bercerita banyak tentang Tuan, hanya saja sepotong roti ini telah merekam
kejadian bagaimana aku menjadi sangat gugup di depan Tuan, andai roti ini bisa
bersuara mungkin dia tertawa terbahak-bahak melihat gayaku yang salah tingkah
di depan Tuan.
Seperti kisahku,
roti ini tawar
tetapi menjadi enak ketika dilapisi selai cokelat, walaupun sedikit pahit tetap saja rasanya
menyenangkan. Hidupku yang datar menjadi lebih berasa ketika Tuan menyempatkan
diri singgah ke kehidupanku. Aku tak ingat secara detail apa-apa saja yang telah
aku lakukan bersama Tuan untuk mengisi hari, yang paling aku ingat dari si Tuan
adalah semangat berbaginya. Iya aku ingat betul di lorong perpustakaan ini si
Tuan membagiku sepotong roti, Roti yang dibelinya dari bocah kecil. Bocah kecil
yang dari tadi aku perhatikan mondar-mandir menjajakan roti-rotinya dan tak
satupun ada yang tertarik membeli. Tuan
menghampiri bocah itu, lalu kembali kearahku dengan membawa beberapa roti. Aku
yakin Tuan sedang tidak lapar saat itu hanya saja Tuan merasa iba kepada bocah
kecil ini.Tanpa basa-basi Tuan menyodorkan roti itu kearahku, sedangkan aku
hanya melemparkan senyum dan berucap terimakasih. Tuan tak menghirukan aku, Tuan
tetap meletakkan roti itu tepat dihadapanku seakan memaksaku untuk menerima.
Belum
lama aku mengenal tuan baru lima hari yang lalu dan tampaknya si Tuan tak
terbiasa ditolak. Aku bertemu Tuan di kelas pertamaku kuliah. Di kelas ini
dosen membagi beberapa kelompok untuk pengerjaan tugas dan Tuan satu kelompok
denganku. Itulah awalan bagaimana Tuan dan Aku bisa bertemu di perpustakaan ini,
hanya sebatas tuntutan tugas kuliah.
Untuk menghargai
si Tuan aku terima tawaran rotinya walaupun aku tak langsung memakan sungguh aku
merasa kenyang saat itu. Aku melirik kearah Tuan, Tuan benar-benar fokus di
depan layar computer jinjingnya sedangkan aku bingung harus berbuat apa. Ingin berbincang
sejauh mana tugas kami terselesaikan, tapi sepertinya itu pertanyaan yang
terlalu terlambat untuk dilontarkan. Sedari awal aku dan Tuan duduk di pinggir lorong
perpustakaan ini tanpa ada percakapan santai sebelumnya. Pertama datang Tuan
dengan sigap membuka komputer jinjingnya dan langsung mengambil alih mengerjakan
semua tugas. Aku celingukan seolah tak
ada yang harus di kerjakan.
Bersambung….
Masih bersambung ya, ditunggu sambunganya
BalasHapus