Aku hanya bisa tertawa renyah ketika kau katakana semua itu. Kau bilang kau bukan manuskrip kuno yang harus aku terjemahkan para lakonnya. Kau bilang kau adalah titik. Kau bilang kau adalah tempat aku menghentikan kalimat. Kau pertanda satu akhir? Benarkah?
Kau menyuruhku tenang,
karena kau bukan sebuah bayang tapi kau nyata adanya bahkan dalam mimpiku yang
paling delusionalpun. Kau
menyuruhku untuk menghentikan pencarianku. Benar-benar tak kau biarkan
aku menemukanmu.
Tak adil memang.
Kau bilang kau takkan kemana-mana, kau bilang duniamu ada padaku. Kau ada di
semua sekat dan organ di ragaku? Dimana? aku belum menemukannya. Kau suruh aku
menikmati semua ini, menikmati kebingunganku? Dan sekali lagi kau bilang bahwa
kau nyata adanya. Jujur, sampai detik ini aku belum temukan itu. Kau menyuruhku
diam? Kau menyuruhku mencintaimu dalam diam? Apa itu benar?. Apakah kau
beranggapan aku masa depanmu? Kenapa kau belum juga menjemputku? Kau menyuruhku
tenang? Kau menyuruhku diam? Dimana kau?
ini masalah apa? masalahku? atau juga masalahmu? ataukah ini masalah waktu?
Baiklah, aku
takkan banyak tanya sekarang, tapi jangan salahkan aku jikalau suatu saat nanti
kau menjemputku, dan kau tidak mendapatiku.
Dan biarkan hening---
RiriPR
29/10/2013
29/10/2013
fisip b lantai 3
ckckck, nyoba ngebales karyanya si om "Diri ini, dan Kamu"
Sudah, bersabar saja. Biar waktu yang akan membawa kabar baik di ujung penantian itu. Segalanya pasti memiliki keindahan di akhir kesabaran. *a lah kecek paja ko ko ha. manggarasau se di blog urang.haha -_-
BalasHapusaw.. ado bg mik, maaf baru baco.
Hapusmalu riri